Yadnya
sesa/banten saiban merupakan salah satu yadnya atau persembahan yang dilakukan
setiap hari yang sering di sebut dengan Nitya Karma. Yadnya sesa ini dilakukan
setelah selesai memasak dan sebelum menikmati makanan yang telah dimasak.
Melaksanakan
persembahan atau yadnya merupakan kewajiban serta tugas bagi umat Hindu untuk
menunaikannya. Dalam menunaikan tugas dan kewajiban tersebut hendaknya
dilandasi dengan dharma dan etika yang baik serta ketulusan hati. Sebagaimana
diketahui bahwa yadnya sebagai sarana untuk menghubungkan diri dengan Sang
Hyang Widhi Wasa untuk memperoleh kesucian jiwa. Tidak saja kita menghubungkan
diri dengan Tuhan, juga dengan manifestasi-Nya dan makhluk ciptaan-Nya termasuk
alam beserta dengan isinya. Dengan demikian yadnya merupakan persembahan dan
pengabdian yang tulus iklas tanpa adanya harapan untuk medapatkan
imbalan-imbalan.
Yadnya
sesa atau mebanten nasi seusai masak juga merupakan penerapan dari ajaran
kesusilaan Hindu, yang menuntut umat untuk selalu bersikap anersangsya yaitu
tidak mementingkan diri sendiri dan ambeg para mertha yaitu mendahulukan
kepentingan di luar diri. Pelaksanaan yadnya sesa juga bermakna bahwa manusia
setelah selesai memasak wajib memberikan persembahan berupa makanan, karena
makanan merupakan sumber kehidupan di dunia ini. Dengan tujuan agar memperoleh
kehidupan dan penghidupan, dengan mengambil pijakan dari sloka Bhagawad Gita
III, 13 yang berbunyi :
Yadjna sistasinah santo,
Mucuante
sarwa kilbisaih,
Bunjate te
twagham papa,
Ye pacanty atma karanat.
Yang
artinya " ia yang memakan sisa yadnya akan terlepas dari segala dosa,
tetapi ia yang memasak makanan hanya bagi dirinya sendiri, sesungguhnya makan
dosanya sendiri ".
Penggambaran
dari sloka tadi berarti bahwa sebelum menikmati sesuatu persembahkanlah
terlebih dahulu sebagai cetusan Angayubagia atas Waranugrahanya.
Mempersembahkan makanan yang dimiliki juga termasuk persembahan yang mulia dan
dapat menentramkan hidup ini. Kita yakin bahwa usaha apa pun pasti
menghasilkan, demikian juga dalam melaksanakan yadnya sesa memohon anugerah
Hyang Widhi Wasa untuk selalu dianugerahi benih kehidupan dan kenikmatan hidup
didunia ini. Alangkah nistanya hidup ini yang hanya mengutamakan kepentingan
diri sendiri, hidup untuk meyenangkan diri pribadi saja dengan mengorbankan
yang lainnya, hidup yang hanya mengejar kepuasan diri pribadi sedangkan yang
lainnya penuh dengan kesengsaraan dan kemelaratan, maka manusia yang demikian
tidak ada bedanya dengan pribadi seorang pencuri.
Dari
penjelasan tadi tentu umat harus menyadari untuk memberikan persembahan dengan
beryadnya, seperti halnya mempersembahkan makanan atau yadnya sesa. Makanan
merupakan sumber kehidupan dan karena adanya makanan, maka semua makhluk di
jagat raya ini dapat hidup. Persembahan makanan dalam bentuk yadnya sesa
walaupun wujudnya sangat sederhana dan nampaknya kecil, namun hakikat yadnya
sesa itu sangatlah mulia dan luhur, yang mengandung makna spiritual untuk
menenteramkan kehidupan makhluk yang lainnya. Makanan yang dinikmati manusia
bukan semata-mata merupakan hasil usahanya sendiri saja, tetapi manusia
memperolehnya secara bersama-sama antara makhluk yang satu dengan makhluk yang
lainnya. Serta diperlukan pula bantuan dari unsur kekuatan alam yang disebut
dengan "Panca Maha Butha" yakni adanya kekuatan tanah/pertiwi,
air/apah, panas/api/teja, angin/bayu, ether/akasa. Adanya nasi atau makanan ini
juga berkat kekuatan atau kemahakuasaan Hyang Widhi melalui maifestasinya yang
disebut dengan Tri Murti yakni tiga macam kekuatan Tuhan dalam melindungi dan
menganugerahi umatnya. Beras dapat dimasak atau dimatangkan menjadi nasi berkat
adanya tiga kekuatan tadi yakni Dewa Brahma dengan kekuatan panasnya, Dewa
Wisnu dengan kekuatan airnya, dan Dewa Siwa dengan kekuatan penyupatannya. Dari
ketiga kekuatan tersebut menyatu secara bersama-sama sehingga bermula dari
beras hingga menjadi matang dan diperolehlah nasi itu. Proses inilah yang
merupakan suatu kerjasama manusia baik secara Sekala maupun Niskala sehingga
dapat menikmati makanan. Oleh karena manusia menikmati makanan ini atas dasar
kebersamaan dan merupakan pemberian, maka patutlah makanan itu di persembahkan
kembali pada kekuatan alam lainnya melalui yadnya sesa/banten saiban itu
sendiri.
Dengan
demikian dapatlah di artikan bahwa yadnya sesa merupakan persembahan umat Hindu
dengan mempersembahkan sebagian kecil dari makananya yang berupa nasi,
lauk-pauk, sayur-sayuran dan garam yang dialasi dengan taledan yang terbuat
dari daun pisang, yang secara rutin dilaksanakan setiap hari sehabis makanan
itu dimasak dan setelah itu baru dinikmatiya. Persembahan yadnya sesa ini di
sesuaikan dengan kebutuhan masing-masing terutama pada tempat-tempat yang
dianggap penting. Kita sebagai umat Hindu dan sebagai umat manusia yang
diciptakan dengan yadnya, maka sudah sepatutnyalah kita melaksanakan yadnya;
baik untuk menyucikan diri, mendekatkan diri pada Tuhan maupun sebagai ucapan
terima kasih kita pada apa yang telah kita peroleh di dunia ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar