Minggu, 17 November 2013

manajemen pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

1.2  Latar Belakang
Didalam sistem pendidikan suatu bangsa seluruh wilayah, budaya dan masyarakat, bangsa dan negara merupakan lingkungan dari sistem pendidikan nasional yang bersangkutan. Pengertian tentang lingkungan pendidikan sangat luas, meliputi lingkungan fisik, lingkungan kebudayaan, dan lingkungan sosial (manusia).
Lingkungan fisik berupa alam atau benda fisik, seperti rumah, pakaian, tanah datar, pegunungan, sawah dan lain-lain. Lingkungan kebudayaan adalah sesuatu yang dihasilkan oleh manusia, baik yang berupa kebendaan, maupun yang spiritual, misalnya masjid, gereja, sekolah, ilmu pengetahuan, nilai-nilai dan sebagainya.. sementara itu, lingkungan sosial (manusia) adalah bermacam-macam bentuk pergaulan, baik dalam keluarga, lembaga, organisasi, maupun masyarakat luas.
Antara lingkungan kebudayaan dengan lingkungan manusia mempunyai keterikatan yang sangat erat karena kebudayaan itu diciptakan oleh manusia. Dengan terciptanya kebudayaan manusia dapat mengangkat dirinya kemartabat yang lebih tinggi, baik dalam arti materil maupun spiritual. Manusia punya cara tertentu untuk menjadikan kehidupan selalu lebih baik, mengembangkan norma dan nilai yang mereka hormati dan pelihara bersama sehingga terciptalah suasana ketentraman dan kedamaian dalam kehidupannya.
Adanya arus perubahan masyarakatdan budayanya juga berpengaruh terhadap suasana pendidikan, dari taraf tradisional ke taraf modern. Perubahan konsep pandangan tentang hubungan pendidikan dengan peserta didik yang bergeser dari pendidikan yang berpusat pada guru ke pendidikan yang berpusat pada anak, juga mempengaruhi suasana pendidikan. Kedua perubahan atau pergeseran tersebut, tentunya akan menimbulkan perubahan atau pembaharuan yang jika tidak terkendali akan menimbulkan suasana pendidikan yang justru akan menghambat tercapainya tujuan pendidikan.dalam hal inilah diperlukan upaya pengeturan dan pengendalian terhadap suasana yang berubah tersebut. Dengan kata lain, diperlukan adanya peraturan dan perundang-undangan tentang sistem pendidikan.
Sistem pendidika diperlukan adanya organisasi dan administrasi pendidikan. Organisasi pendidikan adalah unit-unit pendidikan dengan mekanisme kerja tertentu yang memberi kemungkinan tercapainya tujuan pendidikan. Administrasi pendidikan adalah pengelolaan pendidikan dalam arti luas yang setidak-tidaknya meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengembangan dan pengawasan.


    1. Rumusan Masalah
  • Bagaimanakah konsep sistem dalam pendidikan?
  • Bagaimanakah manajemen pendidikan di sekolah sebagai sistem?

    1. Tujuan Penulisan
  • Mengetahui konsep sistem dalam pendidikan?
  • Mengetahui manajemen pendidikan di sekolah sebagai sistem?




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Sistem Dalam Pendidikan
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ( UU No. 20 tahun 2003).

B. Pengertian Sistem
Istilah sistem berasal dari bahasa yunani ”systema” yang berarti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas komponen-komponen atau elemen-elemen atau unsur-unsur sebagai sumber-sumber yang memiliki hubungan fungsional yang teratur, tidak sekadar acak, yang saling membantu untuk mencapai suatu hasil atau produk sebagai contoh, tubuh manusia sebagai sistem yang terdiri atas komponen-komponen, antara lain jaringan daging, otak, urat-urat, darah, syaraf dan tulang-tulang. Setiap komponen-komponen itu mempunyai sembilan fungsi masing-masing (fungsi yang berbeda-beda), dan satu sama lain saling berkaitan sehingga merupakan suatu kebulatan atau suatu kesatuan yang hidup. Dengan kata lain, semua komponen itu berinteraksi sedemikian rupa sehingga mencapai tujuan yang sudah di tetapkan. (zahara idris1987).

C. Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Suatu usaha pendidikan menyangkut 3 unsur pokok yaitu unsur masukan, unsur proses usaha itu sendiri, dan unsur hasil usaha. Hubungan ketiga unsur tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut:
Proses pendidikan sebagai sistem
   


Masukan usaha pendidikan ialah peserta didik dengan berbagai ciri-ciri yang ada pada peserta didik itu(antara lain, bakat, minat, kemampuan, keadaan jasmani). Dalam proses pendidikan terkait berbagai hal, seperti pendidik, kurikulum, gedung sekolah, buku, metode mengajar, dan lain-lain, sedangkan hasil pendidikan dapat meliputi hasil belajar (yang berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan) setelah selesainya proses belajar mengajar tertentu. Dalam rangka yang lebih besar, hasil proses pendidikan dapat berupa lulusan dari lembaga pendidikan (sekolah) tertentu. P.H. combs (1982) mengemukakan dua belas komponen pendidikan yaitu :
  1. Tujuan dan Prioritas
Fungsinya mengarahkan  kegiatan sistem. Hal ini merupakan informasi tentang apa yang hendak dicapai oleh sistem pendidikan dan urutan pelaksanaannya. Contohnya ada tujuan umum pendidikan, yaitu tujuan ya ng tercantum dalam perundangan negara, yaitu tujuan pendidikan nasional, ada tujuan institusional, yaitu tujuan lembaga tingkat pendidikan dan tujuan program, seperti S1, S2, S3, ada tujuan kurikuler, yaitu tujuan setiap suatu mata pelajaran/mata kuliah, dan ada tujuan intruksional pengajaran/mata kuliah.

b.  Peserta Didik
Fungsinya ialah belajar. Diharapkan peserta didik mengalami proses perubahan tingkah laku sesui dengan tujuan sistem pendidikan. Contoh, berapa umur, berapa jumlahnya, bagaimana tingkat perkembangannya, pembawaannya, motivasi untuk belajar, dan sosial ekonomi orang tuanya.

  1. Manajemen atau Pengelolaan
Fungsinya mengkoordinasikan, mengarahkan dan menilai sistem pendidikan. Komponen ini bersumber pada nilai sistem dan cita-cita yang merupakan informasi tentang pola kepemimpinan dalam pengelolaan sistem pendidikan. Contohnya, pemimpin yang mengelola sistem pendidikan itu bersifat otoriter, demokratis atau Laissez-faire.

  1. Struktur dan Jadwal Waktu
Fungsinya, mengatur pembagian waktu dan kegiatan. Contohnya, pembagian waktu ujian, wisuda, kegiatan perkuliahan, seminar, kuliah kerja nyata, kegiatan belajar mengajar dan program pengalaman lapangan.

  1. Isi dan Bahan Pengajaran
Fungsinya untuk menggambarkan luas dan dalamnya bahan pelajaran yang harus di kuasai peserta didik. Contohnya isi bahan elajaran untuk setiap mata pelajaran atau mata kuliah dan untuk pengalaman lapangan.

  1. Guru dan Pelaksana
Funsinya menyediakan bahan pelajaran dan menyediakan proses belajar untuk peserta didik. Contohnya pengalaman dalam mengajar, status resminya guru yang sudah di angkat atau tenaga sukarela dan tingkatan pendidikannya.

  1. Alat Bantu Belajar
Fungsinya untuk memungkinkan terjadinya proses pendidikan yang lebih menarik dan lebih berpariasi contohnya film, buku, papan tulis, dan peta.

  1. Fasilitas
Fungsinya untuk tempat terselenggaranya proses pendidikan contohnya gedung dan laboratorium beserta perlengkapannya.

  1. Teknologi
Fungsinya memperlancar dan meningkatkan hasil guna proses pendidikan.yang di maksud dengan teknologi ialah semua teknik yang di gunakan sehingga sistem pendidikan berjalan dengan efisien dan efektif. Contohnya pola komunikasi satu arah, artinya guru menyampaikan pelajaran dengan berceramah, peserta didik mendengarkan dan mencatat. Contoh yang lain, teknik yang digunakan guru tidak pernah menggunankan alat bantu belajar, hanya berceramah.

  1. Pengawasan Mutu
Fungsinya membina peraturan-peraturan dan standar pendidikan. Contohnya peraturan tentang penerimaan anak atau peserta didik dan staf pengajar, peraturan ujian dan penilaian.

  1. Penelitian
Fungsisnya untuk memperbaiki dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan penampilan sistem pendidikan. Contohnya dudlu bangsa indonesia belum mampu membuat kapal terbang dan mobil tetapi sekarang bangsa indonesia sudah pandai. Sebelum tahun 1980-an kebanyakan perguruan tinggi di indonesia belum melaksanakan sistem satuan kredit semester, sekarang hampir seluruh perguruan tingi telah melaksanakannya.

  1. Biaya
Fungsinya melancarkan proses pendidikan dan menjadi petunjuk tentang tingakat efisiensi sistem pendidikan. Contohnya sekarang biaya pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga, pemerintah dan masyarakat.

Pendidikan sebagai suatu sistem dapat pula di gambarkan dalam bentuk model dasar input-output berikut ini:


                               Lingkungan                                              
 Lingkungan segala sesuatu yang masuk dalam sistem dan peranan dalam proses pendidikan disebut masukan pendidikan. Lingkungan hidup menjadi sumber masukan pendidikan.

    1. Manajemen Pendidikan di Sekolah Sebagai Sistem
  1. Pengertian Manajemen
Istilah manajemen sekolah seringkali disandingkan dengan istilah administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu, terdapat tiga pandangan berbeda, pertama, mengartikan administrasi lebih luas dari pada manajemen (manajemen merupakan inti dari administrasi), kedua, melihat manajemen lebih luas dari pada administrasi (administrasi merupakan inti dari manajemen), dan ketiga yang menganggap bahwa manajemen identik dengan administrasi. Dalam konteks pendidikan, memang masih ditemukan kontroversi dan inkonsistensi dalam penggunaan istilah manajemen. Di satu pihak ada yang tetap cenderung menggunakan istilah manajemen, sehingga dikenal dengan istilah manajemen pendidikan. Dilain pihak, tidak sedikit pula yang menggunakan istilah administrasi sehingga dikenal istilah adminitrasi pendidikan.
Kathryn.M.Bartol dan David C.Martin merumuskan bahwa manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling). Dengan demikian, manajemen adalah sebuah kegiatan yang berkesinambungan.
Sedangkan Stoner mengemukakan bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Secara khusus dalam konteks pendidikan, Djam'an Satori (1980) memberikan pengertian manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi pendidikan yang diartikan sebagai keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Sementara itu, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan bahwa administrasi pendidikan sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga pendidikan formal.
Meski ditemukan pengertian manajemen atau administrasi yang beragam, baik yang bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara esensial dapat ditarik benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan, bahwa :
(1) manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan
(2) manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya
(3) manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.

B. Fungsi Manajemen
Dikemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan. Kegiatan dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen. Berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan dari beberapa ahli, sebagai berikut:
Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen, yaitu :
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) actuating (pelaksanaan); dan
(4) controlling (pengawasan).
Sedangkan menurut Henry Fayol terdapat lima fungsi manajemen, meliputi :
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) commanding (pengaturan);
(4) coordinating (pengkoordinasian); dan
(5) controlling (pengawasan).
Sementara itu, Harold Koontz dan Cyril O' Donnel mengemukakan lima fungsi manajemen, mencakup :
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) staffing (penentuan staf);
(4) directing (pengarahan); dan
(5) controlling (pengawasan).
Selanjutnya, L. Gullick mengemukakan tujuh fungsi manajemen, yaitu :
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) staffing (penentuan staf);
(4) directing (pengarahan);
(5) coordinating (pengkoordinasian);
(6) reporting (pelaporan); dan
(7) budgeting (penganggaran).
Untuk memahami lebih jauh tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan, di bawah akan dipaparkan tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan dalam perspektif persekolahan, dengan merujuk kepada pemikiran G.R. Terry, meliputi : perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), pengawasan (controlling).

1. Perencanaan (planning)
Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa :
Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.


2.  Pengorganisasian (organizing)
Fungsi manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing). George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa : Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.

3.  Pelaksanaan (actuating)
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.

4.  Pengawasan (controlling)
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan definisi pengawasan yang di dalamnya memuat unsur esensial proses pengawasan, bahwa Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan - tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya sekolah dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan.
Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.
Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen.
Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang didalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya.
Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.



C. Bidang Kegiatan Pendidikan
Berbicara tentang kegiatan pendidikan, dibawah ini beberapa pandangan dari para ahli tentang bidang-bidang kegiatan yang menjadi wilayah garapan manajemen pendidikan. Ngalim Purwanto (1986) mengelompokkannya ke dalam tiga bidang garapan yaitu :
  1. Administrasi material, yaitu kegiatan yang menyangkut bidang-bidang materi/benda-benda, seperti ketatausahaan sekolah, administrasi keuangan, gedung dan alat-alat perlengkapan sekolah dan lain-lain.
  2. Administrasi personal, mencakup di dalamnya administrasi personal guru dan pegawai sekolah, juga administrasi murid. Dalam hal ini masalah kepemimpinan dan supervisi atau kepengawasan memegang peranan yang sangat penting.
Di lain pihak, Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas (1999) telah menerbitkan buku Panduan Manajemen Sekolah, yang didalamnya mengetengahkan bidang-bidang kegiatan manajemen pendidikan, meliputi:
(1) manajemen kurikulum
(2) manajemen personalia
(3) manajemen kesiswaan
(4) manajemen keuangan
(5) manajemen perawatan preventif sarana dan prasarana sekolah.
Merujuk kepada kebijakan Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas dalam buku Panduan Manajemen Sekolah, berikut ini akan diuraikan secara ringkas tentang bidang-bidang kegiatan pendidikan di sekolah, yang mencakup :

1.  Manajemen kurikulum
Manajemen kurikulum merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolak ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya. Tahapan manajemen kurikulum di sekolah dilakukan melalui empat tahap :
(a) perencanaan
(b) pengorganisasian dan koordinasi
(c) pelaksanaan
(d) pengendalian.
Dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Tita Lestari (2006) mengemukakan tentang siklus manajemen kurikulum yang terdiri dari empat tahap:
  1. Tahap perencanaan; meliputi langkah-langkah sebagai :
(1) analisis kebutuhan
(2) merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis
(3) menentukan disain kurikulum
(4) membuat rencana induk (master plan): pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian.
  1. Tahap pengembangan; meliputi langkah-langkah :
(1) perumusan rasional atau dasar pemikiran
(2) perumusan visi, misi, dan tujuan
(3) penentuan struktur dan isi program
(4) pemilihan dan pengorganisasian materi
(5) pengorganisasian kegiatan pembelajaran
(6) pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar
(7) penentuan cara mengukur hasil belajar.
  1. Tahap implementasi atau pelaksanaan; meliputi langkah-langkah:
(1) penyusunan rencana dan program pembelajaran (Silabus, RPP: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
(2) penjabaran materi (kedalaman dan keluasan)
(3) penentuan strategi dan metode pembelajaran
(4) penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran
(5) penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar
(6) setting lingkungan pembelajaran
  1. Tahap penilaian; terutama dilakukan untuk melihat sejauhmana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif. Penilailain kurikulum dapat mencakup Konteks, input, proses, produk (CIPP) : Penilaian konteks: memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi aktual, masalah-masalah dan peluang. Penilaian Input: memfokuskan pada kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi design dan cost benefit dari rancangan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu pada penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan dalam melaksanakan program. Penilaian product berfokus pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir program (identik dengan evaluasi sumatif).

2.  Manajemen Kesiswaan
Dalam manajemen kesiswaan terdapat empat prinsip dasar, yaitu :
(a) siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka.
(b) kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu diperlukan wahana kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal.
(c) siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan; dan (d) pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif, dan psikomotor.

3.  Manajemen personalia
Terdapat empat prinsip dasar manajemen personalia yaitu :
(a) dalam mengembangkan sekolah, sumber daya manusia adalah komponen paling berharga
(b) sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika dikelola dengan baik, sehingga mendukung tujuan institusional
(c) kultur dan suasana organisasi di sekolah, serta perilaku manajerial sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengembangan sekolah; dan (d) manajemen personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah.
Disamping faktor ketersediaan sumber daya manusia, hal yang amat penting dalam manajamen personalia adalah berkenaan penguasaan kompetensi dari para personil di sekolah. Oleh karena itu, upaya pengembangan kompetensi dari setiap personil sekolah menjadi mutlak diperlukan.

4.  Manajemen keuangan
Manajemen keuangan di sekolah terutama berkenaan dengan kiat sekolah dalam menggali dana, kiat sekolah dalam mengelola dana, pengelolaan keuangan dikaitkan dengan program tahunan sekolah, cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara melakukan pengawasan, pengendalian serta pemeriksaan.
Inti dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan efektivitas. Oleh karena itu, disamping mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin operasional di sekolah, juga perlu diperhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi setiap penggunaan keuangan baik yang bersumber pemerintah, masyarakat dan sumber-sumber lainnya.

5.  Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah
Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah merupakan tindakan yang dilakukan secara periodik dan terencana untuk merawat fasilitas fisik, seperti gedung, mebeler, dan peralatan sekolah lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan biaya efektif perawatan sarana dan pra sarana sekolah.
Dalam manajemen ini perlu dibuat program perawatan preventif di sekolah dengan cara pembentukan tim pelaksana, membuat daftar sarana dan pra saran, menyiapkan jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian dan memberikan penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan kinerja peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan kesadaran merawat sarana dan prasarana sekolah.
Sedangkan untuk pelaksanaannya dilakukan : pengarahan kepada tim pelaksana, mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi tempat sarana dan prasarana, menyebarluaskan informasi tentang program perawatan preventif untuk seluruh warga sekolah, dan membuat program lomba perawatan terhadap sarana dan fasilitas sekolah untuk memotivasi warga sekolah.




BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Suatu sistem pendidika diperlukan adanya organisasi dan administrasi pendidikan. Organisasi pendidikan adalah unit-unit pendidikan dengan mekanisme kerja tertentu yang memberi kemungkinan tercapainya tujuan pendidikan. Administrasi pendidikan adalah pengelolaan pendidikan dalam arti luas yang setidak-tidaknya meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengembangan dan pengawasan. 
Sistem pendidikan adalah suatu rangkaian atau komponen-komponen pendidikan yang menyakut tiga unsur yaitu unsur masukan usaha pendidikan ialah peserta didik dengan berbagai ciri-ciri yang ada pada peserta didik itu (antara lain, bakat, minat, kemampuan, keadaan jasmani). Dalam proses pendidikan terkait berbagai hal, seperti pendidik, kurikulum, gedung sekolah, buku, metode mengajar, dan lain-lain, sedangkan hasil pendidikan dapat meliputi hasil belajar (yang berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan) setelah selesainya proses belajar mengajar tertentu.
Sedangkan manajemen pendidikan itu sendiri seringkali dikaitkan dengan administrasi pendidikan yaitu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Adanya manajemen pendidikan di sekolah yaitu berfungsi sebagai
    1. perencanaan (planning)
    2. pengorganisasian (organizing)
    3. pelaksanaan (actuating)
    4. pengawasan (controlling).

3.2 Saran
Disetiap lembaga pendidikan hendaknya menerapkan sistem pendidikan nasional dan adanya tata kelola yang baik yang disebut dengan manajemen pendidikan atau administrasi pendidikan agar dalam proses usahanya dapat berjalan dengan lancar dan dapat menciptakan keluaran (output) yang baik sehingga tujuan pendidikan benar-benar dapat tercapai




DAFTAR PUSTAKA

-  Hasbullah, 2009, Dasar-Dasar Ilmu Kependidikan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar