BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Didalam sistem pendidikan suatu bangsa seluruh wilayah,
budaya dan masyarakat, bangsa dan negara merupakan lingkungan dari sistem
pendidikan nasional yang bersangkutan. Pengertian tentang lingkungan
pendidikan sangat luas, meliputi lingkungan fisik, lingkungan kebudayaan,
dan lingkungan sosial (manusia).
Lingkungan fisik berupa alam atau benda fisik, seperti
rumah, pakaian, tanah datar, pegunungan, sawah dan lain-lain. Lingkungan
kebudayaan adalah sesuatu yang dihasilkan oleh manusia, baik yang berupa
kebendaan, maupun yang spiritual, misalnya masjid, gereja, sekolah,
ilmu pengetahuan, nilai-nilai dan sebagainya.. sementara itu, lingkungan
sosial (manusia) adalah bermacam-macam bentuk pergaulan, baik dalam
keluarga, lembaga, organisasi, maupun masyarakat luas.
Antara lingkungan kebudayaan dengan lingkungan manusia
mempunyai keterikatan yang sangat erat karena kebudayaan itu diciptakan
oleh manusia. Dengan terciptanya kebudayaan manusia dapat mengangkat
dirinya kemartabat yang lebih tinggi, baik dalam arti materil maupun
spiritual. Manusia punya cara tertentu untuk menjadikan kehidupan selalu
lebih baik, mengembangkan norma dan nilai yang mereka hormati dan pelihara
bersama sehingga terciptalah suasana ketentraman dan kedamaian dalam
kehidupannya.
Adanya arus perubahan masyarakatdan budayanya juga
berpengaruh terhadap suasana pendidikan, dari taraf tradisional ke taraf
modern. Perubahan konsep pandangan tentang hubungan pendidikan dengan
peserta didik yang bergeser dari pendidikan yang berpusat pada guru
ke pendidikan yang berpusat pada anak, juga mempengaruhi suasana pendidikan.
Kedua perubahan atau pergeseran tersebut, tentunya akan menimbulkan
perubahan atau pembaharuan yang jika tidak terkendali akan menimbulkan
suasana pendidikan yang justru akan menghambat tercapainya tujuan pendidikan.dalam
hal inilah diperlukan upaya pengeturan dan pengendalian terhadap suasana
yang berubah tersebut. Dengan kata lain, diperlukan adanya peraturan
dan perundang-undangan tentang sistem pendidikan.
Sistem pendidika diperlukan adanya organisasi dan
administrasi pendidikan. Organisasi pendidikan adalah unit-unit pendidikan
dengan mekanisme kerja tertentu yang memberi kemungkinan tercapainya
tujuan pendidikan. Administrasi pendidikan adalah pengelolaan pendidikan
dalam arti luas yang setidak-tidaknya meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengembangan dan pengawasan.
- Rumusan Masalah
- Bagaimanakah konsep sistem dalam pendidikan?
- Bagaimanakah manajemen pendidikan di sekolah sebagai sistem?
- Tujuan Penulisan
- Mengetahui konsep sistem dalam pendidikan?
- Mengetahui manajemen pendidikan di sekolah sebagai sistem?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Sistem Dalam Pendidikan
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara ( UU No. 20 tahun 2003).
B. Pengertian Sistem
Istilah sistem berasal dari bahasa yunani ”systema”
yang berarti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan
secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Sistem adalah suatu
kesatuan yang terdiri atas komponen-komponen atau elemen-elemen atau
unsur-unsur sebagai sumber-sumber yang memiliki hubungan fungsional
yang teratur, tidak sekadar acak, yang saling membantu untuk mencapai
suatu hasil atau produk sebagai contoh, tubuh manusia sebagai sistem
yang terdiri atas komponen-komponen, antara lain jaringan daging, otak,
urat-urat, darah, syaraf dan tulang-tulang. Setiap komponen-komponen
itu mempunyai sembilan fungsi masing-masing (fungsi yang berbeda-beda),
dan satu sama lain saling berkaitan sehingga merupakan suatu kebulatan
atau suatu kesatuan yang hidup. Dengan kata lain, semua komponen itu
berinteraksi sedemikian rupa sehingga mencapai tujuan yang sudah di
tetapkan. (zahara idris1987).
C. Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu
tujuan pendidikan. Suatu usaha pendidikan menyangkut 3 unsur pokok yaitu
unsur masukan, unsur proses usaha itu sendiri, dan unsur hasil usaha.
Hubungan ketiga unsur tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut:
Proses pendidikan sebagai sistem
Masukan usaha pendidikan ialah peserta didik dengan
berbagai ciri-ciri yang ada pada peserta didik itu(antara lain, bakat,
minat, kemampuan, keadaan jasmani). Dalam proses pendidikan terkait
berbagai hal, seperti pendidik, kurikulum, gedung sekolah, buku, metode
mengajar, dan lain-lain, sedangkan hasil pendidikan dapat meliputi hasil
belajar (yang berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan) setelah selesainya
proses belajar mengajar tertentu. Dalam rangka yang lebih besar, hasil
proses pendidikan dapat berupa lulusan dari lembaga pendidikan (sekolah)
tertentu. P.H. combs (1982) mengemukakan dua belas komponen pendidikan
yaitu :
- Tujuan dan Prioritas
Fungsinya mengarahkan kegiatan sistem. Hal
ini merupakan informasi tentang apa yang hendak dicapai oleh sistem
pendidikan dan urutan pelaksanaannya. Contohnya ada tujuan umum pendidikan,
yaitu tujuan ya ng tercantum dalam perundangan negara, yaitu tujuan
pendidikan nasional, ada tujuan institusional, yaitu tujuan lembaga
tingkat pendidikan dan tujuan program, seperti S1, S2, S3, ada tujuan
kurikuler, yaitu tujuan setiap suatu mata pelajaran/mata kuliah, dan
ada tujuan intruksional pengajaran/mata kuliah.
b. Peserta Didik
Fungsinya ialah belajar. Diharapkan peserta didik
mengalami proses perubahan tingkah laku sesui dengan tujuan sistem pendidikan.
Contoh, berapa umur, berapa jumlahnya, bagaimana tingkat perkembangannya,
pembawaannya, motivasi untuk belajar, dan sosial ekonomi orang tuanya.
- Manajemen atau Pengelolaan
Fungsinya mengkoordinasikan, mengarahkan dan menilai
sistem pendidikan. Komponen ini bersumber pada nilai sistem dan cita-cita
yang merupakan informasi tentang pola kepemimpinan dalam pengelolaan
sistem pendidikan. Contohnya, pemimpin yang mengelola sistem pendidikan
itu bersifat otoriter, demokratis atau Laissez-faire.
- Struktur dan Jadwal Waktu
Fungsinya, mengatur pembagian waktu dan kegiatan.
Contohnya, pembagian waktu ujian, wisuda, kegiatan perkuliahan, seminar,
kuliah kerja nyata, kegiatan belajar mengajar dan program pengalaman
lapangan.
- Isi dan Bahan Pengajaran
Fungsinya untuk menggambarkan luas dan dalamnya bahan
pelajaran yang harus di kuasai peserta didik. Contohnya isi bahan elajaran
untuk setiap mata pelajaran atau mata kuliah dan untuk pengalaman lapangan.
- Guru dan Pelaksana
Funsinya menyediakan bahan pelajaran dan menyediakan
proses belajar untuk peserta didik. Contohnya pengalaman dalam mengajar,
status resminya guru yang sudah di angkat atau tenaga sukarela dan tingkatan
pendidikannya.
- Alat Bantu Belajar
Fungsinya untuk memungkinkan terjadinya proses pendidikan
yang lebih menarik dan lebih berpariasi contohnya film, buku, papan
tulis, dan peta.
- Fasilitas
Fungsinya untuk tempat terselenggaranya proses pendidikan
contohnya gedung dan laboratorium beserta perlengkapannya.
- Teknologi
Fungsinya memperlancar dan meningkatkan hasil guna
proses pendidikan.yang di maksud dengan teknologi ialah semua teknik
yang di gunakan sehingga sistem pendidikan berjalan dengan efisien dan
efektif. Contohnya pola komunikasi satu arah, artinya guru menyampaikan
pelajaran dengan berceramah, peserta didik mendengarkan dan mencatat.
Contoh yang lain, teknik yang digunakan guru tidak pernah menggunankan
alat bantu belajar, hanya berceramah.
- Pengawasan Mutu
Fungsinya membina peraturan-peraturan dan standar
pendidikan. Contohnya peraturan tentang penerimaan anak atau peserta
didik dan staf pengajar, peraturan ujian dan penilaian.
- Penelitian
Fungsisnya untuk memperbaiki dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan penampilan sistem pendidikan. Contohnya dudlu bangsa
indonesia belum mampu membuat kapal terbang dan mobil tetapi sekarang
bangsa indonesia sudah pandai. Sebelum tahun 1980-an kebanyakan perguruan
tinggi di indonesia belum melaksanakan sistem satuan kredit semester,
sekarang hampir seluruh perguruan tingi telah melaksanakannya.
- Biaya
Fungsinya melancarkan proses pendidikan dan menjadi
petunjuk tentang tingakat efisiensi sistem pendidikan. Contohnya sekarang
biaya pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga, pemerintah
dan masyarakat.
Pendidikan sebagai suatu sistem dapat pula di gambarkan
dalam bentuk model dasar input-output berikut ini:
Lingkungan
Lingkungan segala sesuatu yang masuk dalam sistem dan peranan
dalam proses pendidikan disebut masukan pendidikan. Lingkungan hidup
menjadi sumber masukan pendidikan.
- Manajemen Pendidikan di Sekolah Sebagai Sistem
- Pengertian Manajemen
Istilah manajemen sekolah seringkali disandingkan
dengan istilah administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu, terdapat
tiga pandangan berbeda, pertama, mengartikan administrasi lebih luas
dari pada manajemen (manajemen merupakan inti dari administrasi), kedua,
melihat manajemen lebih luas dari pada administrasi (administrasi merupakan
inti dari manajemen), dan ketiga yang menganggap bahwa manajemen identik
dengan administrasi. Dalam konteks pendidikan, memang masih ditemukan
kontroversi dan inkonsistensi dalam penggunaan istilah manajemen. Di
satu pihak ada yang tetap cenderung menggunakan istilah manajemen, sehingga
dikenal dengan istilah manajemen pendidikan. Dilain pihak, tidak sedikit
pula yang menggunakan istilah administrasi sehingga dikenal istilah
adminitrasi pendidikan.
Kathryn.M.Bartol dan David C.Martin merumuskan bahwa
manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan
melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan (planning),
mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling).
Dengan demikian, manajemen adalah sebuah kegiatan yang berkesinambungan.
Sedangkan Stoner mengemukakan bahwa manajemen adalah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha
para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi
lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Secara khusus dalam konteks pendidikan, Djam'an Satori
(1980) memberikan pengertian manajemen pendidikan dengan menggunakan
istilah administrasi pendidikan yang diartikan sebagai keseluruhan proses
kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang
tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien. Sementara itu, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan
bahwa administrasi pendidikan sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan
proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan
pendidikan secara sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu
terutama berupa lembaga pendidikan formal.
Meski ditemukan pengertian manajemen atau administrasi
yang beragam, baik yang bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan,
namun secara esensial dapat ditarik benang merah tentang pengertian
manajemen pendidikan, bahwa :
(1) manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan
(2) manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber
daya
(3) manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai
tujuan tertentu.
B. Fungsi Manajemen
Dikemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan
suatu kegiatan. Kegiatan dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan
yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen. Berkenaan dengan fungsi-fungsi
manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan dari beberapa
ahli, sebagai berikut:
Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen,
yaitu :
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) actuating (pelaksanaan); dan
(4) controlling (pengawasan).
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) actuating (pelaksanaan); dan
(4) controlling (pengawasan).
Sedangkan menurut Henry Fayol terdapat lima fungsi
manajemen, meliputi :
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) commanding (pengaturan);
(4) coordinating (pengkoordinasian); dan
(5) controlling (pengawasan).
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) commanding (pengaturan);
(4) coordinating (pengkoordinasian); dan
(5) controlling (pengawasan).
Sementara itu, Harold Koontz dan Cyril O' Donnel
mengemukakan lima fungsi manajemen, mencakup :
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) staffing (penentuan staf);
(4) directing (pengarahan); dan
(5) controlling (pengawasan).
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) staffing (penentuan staf);
(4) directing (pengarahan); dan
(5) controlling (pengawasan).
Selanjutnya, L. Gullick mengemukakan tujuh fungsi
manajemen, yaitu :
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) staffing (penentuan staf);
(4) directing (pengarahan);
(5) coordinating (pengkoordinasian);
(6) reporting (pelaporan); dan
(7) budgeting (penganggaran).
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) staffing (penentuan staf);
(4) directing (pengarahan);
(5) coordinating (pengkoordinasian);
(6) reporting (pelaporan); dan
(7) budgeting (penganggaran).
Untuk memahami lebih jauh tentang fungsi-fungsi manajemen
pendidikan, di bawah akan dipaparkan tentang fungsi-fungsi manajemen
pendidikan dalam perspektif persekolahan, dengan merujuk kepada pemikiran
G.R. Terry, meliputi : perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pelaksanaan (actuating), pengawasan (controlling).
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan
tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa
:
Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.
Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.
2. Pengorganisasian (organizing)
Fungsi manajemen berikutnya adalah pengorganisasian
(organizing). George R. Terry (1986) mengemukakan
bahwa : Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan
kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja
sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan
tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai
tujuan atau sasaran tertentu.
3. Pelaksanaan (actuating)
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan
(actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi
perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek
abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan
pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan
bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok
sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai
sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh
karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya
untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai
pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan
kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
4. Pengawasan (controlling)
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen
yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu,
tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Robert J. Mocker
sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan definisi
pengawasan yang di dalamnya memuat unsur esensial proses pengawasan,
bahwa Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standar pelaksanaan dengan tujuan - tujuan perencanaan, merancang sistem
informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang
telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan,
serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa
semua sumber daya sekolah dipergunakan dengan cara paling efektif dan
efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan.
Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan
yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai
dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila
terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula
tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.
Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi
dan saling kait mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan
apa yang disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen
sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen.
Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan
di sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen
pendidikan memiliki peranan yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah
merupakan suatu sistem yang didalamnya melibatkan berbagai komponen
dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah
tanpa didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan
kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan
pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya.
Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah
harus memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian
yang efektif dan efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil
sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan
secara berkelanjutan.
C. Bidang Kegiatan Pendidikan
Berbicara tentang kegiatan pendidikan, dibawah ini
beberapa pandangan dari para ahli tentang bidang-bidang kegiatan yang
menjadi wilayah garapan manajemen pendidikan. Ngalim Purwanto (1986)
mengelompokkannya ke dalam tiga bidang garapan yaitu :
- Administrasi material, yaitu kegiatan yang menyangkut bidang-bidang materi/benda-benda, seperti ketatausahaan sekolah, administrasi keuangan, gedung dan alat-alat perlengkapan sekolah dan lain-lain.
- Administrasi personal, mencakup di dalamnya administrasi personal guru dan pegawai sekolah, juga administrasi murid. Dalam hal ini masalah kepemimpinan dan supervisi atau kepengawasan memegang peranan yang sangat penting.
Di lain pihak, Direktorat Pendidikan Menengah Umum
Depdiknas (1999) telah menerbitkan buku Panduan Manajemen Sekolah, yang
didalamnya mengetengahkan bidang-bidang kegiatan manajemen pendidikan,
meliputi:
(1) manajemen kurikulum
(2) manajemen personalia
(3) manajemen kesiswaan
(4) manajemen keuangan
(5) manajemen perawatan preventif sarana dan prasarana
sekolah.
Merujuk kepada kebijakan Direktorat Pendidikan Menengah
Umum Depdiknas dalam buku Panduan Manajemen Sekolah, berikut ini akan
diuraikan secara ringkas tentang bidang-bidang kegiatan pendidikan di
sekolah, yang mencakup :
1. Manajemen kurikulum
Manajemen kurikulum merupakan subtansi manajemen
yang utama di sekolah. Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah
berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan
tolak ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun
dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya. Tahapan manajemen
kurikulum di sekolah dilakukan melalui empat tahap :
(a) perencanaan
(b) pengorganisasian dan koordinasi
(c) pelaksanaan
(d) pengendalian.
Dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), Tita Lestari (2006) mengemukakan tentang siklus manajemen kurikulum
yang terdiri dari empat tahap:
- Tahap perencanaan; meliputi langkah-langkah sebagai :
(1) analisis kebutuhan
(2) merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis
(3) menentukan disain kurikulum
(4) membuat rencana induk (master plan): pengembangan,
pelaksanaan, dan penilaian.
- Tahap pengembangan; meliputi langkah-langkah :
(1) perumusan rasional atau dasar pemikiran
(2) perumusan visi, misi, dan tujuan
(3) penentuan struktur dan isi program
(4) pemilihan dan pengorganisasian materi
(5) pengorganisasian kegiatan pembelajaran
(6) pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar
(7) penentuan cara mengukur hasil belajar.
- Tahap implementasi atau pelaksanaan; meliputi langkah-langkah:
(1) penyusunan rencana dan program pembelajaran (Silabus,
RPP: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
(2) penjabaran materi (kedalaman dan keluasan)
(3) penentuan strategi dan metode pembelajaran
(4) penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran
(5) penentuan cara dan alat penilaian proses dan
hasil belajar
(6) setting lingkungan pembelajaran
- Tahap penilaian; terutama dilakukan untuk melihat sejauhmana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif. Penilailain kurikulum dapat mencakup Konteks, input, proses, produk (CIPP) : Penilaian konteks: memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi aktual, masalah-masalah dan peluang. Penilaian Input: memfokuskan pada kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi design dan cost benefit dari rancangan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu pada penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan dalam melaksanakan program. Penilaian product berfokus pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir program (identik dengan evaluasi sumatif).
2. Manajemen Kesiswaan
Dalam manajemen kesiswaan terdapat empat prinsip
dasar, yaitu :
(a) siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan
obyek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan
dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka.
(b) kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi
fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya.
Oleh karena itu diperlukan wahana kegiatan yang beragam, sehingga setiap
siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal.
(c) siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka
menyenangi apa yang diajarkan; dan (d) pengembangan potensi siswa tidak
hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif, dan psikomotor.
3. Manajemen personalia
Terdapat empat prinsip dasar manajemen personalia
yaitu :
(a) dalam mengembangkan sekolah, sumber daya manusia
adalah komponen paling berharga
(b) sumber daya manusia akan berperan secara optimal
jika dikelola dengan baik, sehingga mendukung tujuan institusional
(c) kultur dan suasana organisasi di sekolah, serta
perilaku manajerial sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
pengembangan sekolah; dan (d) manajemen personalia di sekolah pada prinsipnya
mengupayakan agar setiap warga dapat bekerja sama dan saling mendukung
untuk mencapai tujuan sekolah.
Disamping faktor ketersediaan sumber daya manusia,
hal yang amat penting dalam manajamen personalia adalah berkenaan penguasaan
kompetensi dari para personil di sekolah. Oleh karena itu, upaya pengembangan
kompetensi dari setiap personil sekolah menjadi mutlak diperlukan.
4. Manajemen keuangan
Manajemen keuangan di sekolah terutama berkenaan
dengan kiat sekolah dalam menggali dana, kiat sekolah dalam mengelola
dana, pengelolaan keuangan dikaitkan dengan program tahunan sekolah,
cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara melakukan pengawasan,
pengendalian serta pemeriksaan.
Inti dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi
dan efektivitas. Oleh karena itu, disamping mengupayakan ketersediaan
dana yang memadai untuk kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin
operasional di sekolah, juga perlu diperhatikan faktor akuntabilitas
dan transparansi setiap penggunaan keuangan baik yang bersumber pemerintah,
masyarakat dan sumber-sumber lainnya.
5. Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana
sekolah
Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana
sekolah merupakan tindakan yang dilakukan secara periodik dan terencana
untuk merawat fasilitas fisik, seperti gedung, mebeler, dan peralatan
sekolah lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang
usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan biaya efektif
perawatan sarana dan pra sarana sekolah.
Dalam manajemen ini perlu dibuat program perawatan
preventif di sekolah dengan cara pembentukan tim pelaksana, membuat
daftar sarana dan pra saran, menyiapkan jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan
lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing
bagian dan memberikan penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan
kinerja peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan kesadaran merawat
sarana dan prasarana sekolah.
Sedangkan untuk pelaksanaannya dilakukan : pengarahan
kepada tim pelaksana, mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi tempat
sarana dan prasarana, menyebarluaskan informasi tentang program perawatan
preventif untuk seluruh warga sekolah, dan membuat program lomba perawatan
terhadap sarana dan fasilitas sekolah untuk memotivasi warga sekolah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suatu sistem pendidika diperlukan adanya organisasi
dan administrasi pendidikan. Organisasi pendidikan adalah unit-unit
pendidikan dengan mekanisme kerja tertentu yang memberi kemungkinan
tercapainya tujuan pendidikan. Administrasi pendidikan adalah pengelolaan
pendidikan dalam arti luas yang setidak-tidaknya meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengembangan dan pengawasan.
Sistem pendidikan adalah suatu rangkaian atau komponen-komponen
pendidikan yang menyakut tiga unsur yaitu unsur masukan usaha pendidikan
ialah peserta didik dengan berbagai ciri-ciri yang ada pada peserta
didik itu (antara lain, bakat, minat, kemampuan, keadaan jasmani). Dalam
proses pendidikan terkait berbagai hal, seperti pendidik, kurikulum,
gedung sekolah, buku, metode mengajar, dan lain-lain, sedangkan hasil
pendidikan dapat meliputi hasil belajar (yang berupa pengetahuan, sikap
dan keterampilan) setelah selesainya proses belajar mengajar tertentu.
Sedangkan manajemen pendidikan itu sendiri seringkali
dikaitkan dengan administrasi pendidikan yaitu proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan.
Adanya manajemen pendidikan di sekolah yaitu berfungsi
sebagai
- perencanaan (planning)
- pengorganisasian (organizing)
- pelaksanaan (actuating)
- pengawasan (controlling).
3.2 Saran
Disetiap lembaga pendidikan hendaknya menerapkan
sistem pendidikan nasional dan adanya tata kelola yang baik yang disebut
dengan manajemen pendidikan atau administrasi pendidikan agar dalam
proses usahanya dapat berjalan dengan lancar dan dapat menciptakan keluaran
(output) yang baik sehingga tujuan pendidikan benar-benar dapat tercapai
DAFTAR PUSTAKA
- Hasbullah, 2009, Dasar-Dasar Ilmu Kependidikan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar