GALUNGAN MELAKONI HARI KEMENANGAN DHARMA.
OM SWASTIASTU.
Tidak lama lagi kita akan melakoni hari Suci Galungan, yang mana hari Galungan itu datang setiap 6 bulan sekali dalam perhitungan kalender tahun saka, tepatnya galungan yang akan datang jatuh pada hari Buda Kliwon Dunggulan, bulan ini Galungan itu jatuh pada Hari Rabu tgl 23 Oktober 2013. Semua umat sudah mengetahui bahwa makna galungan itu adalah perayaan hari kemenangan Dharma melawan Adharma. Ada pertanyaan yang menggelitik adalah sebagai berikut;" SUDAHKAH DHARMA ITU MENANG MELAWAN ADHARMA?". Kalau jawabannya sudah. Lalu ada pertanyaan lagi: " APA CIRI-CIRINYA DHARMA ITU MENANG MELAWAN ADHARMA? ". Sebenarnya jawabannya sangat gampang yaitu; Ciri dari Dharma itu menang melawan Adharma ialah; Apabila rumah sakit tidak kekurangan kamar ( pasiennya sedikit bila perlu kosong), dan lembaga pemasyarakatan tidak kelebihan anak-anak binaan, ya paling banyak setengah dari daya tampung, bila perlu harus kosong. Itu ciri-cirinya. Apakah hal itu mungkin terjadi/ Jawabannya mungkin sekali kalau dari masing-masing kita mau memenangkan dharma melawan Adharma di dalam diri kita masing-masing.
OM SWASTIASTU.
Tidak lama lagi kita akan melakoni hari Suci Galungan, yang mana hari Galungan itu datang setiap 6 bulan sekali dalam perhitungan kalender tahun saka, tepatnya galungan yang akan datang jatuh pada hari Buda Kliwon Dunggulan, bulan ini Galungan itu jatuh pada Hari Rabu tgl 23 Oktober 2013. Semua umat sudah mengetahui bahwa makna galungan itu adalah perayaan hari kemenangan Dharma melawan Adharma. Ada pertanyaan yang menggelitik adalah sebagai berikut;" SUDAHKAH DHARMA ITU MENANG MELAWAN ADHARMA?". Kalau jawabannya sudah. Lalu ada pertanyaan lagi: " APA CIRI-CIRINYA DHARMA ITU MENANG MELAWAN ADHARMA? ". Sebenarnya jawabannya sangat gampang yaitu; Ciri dari Dharma itu menang melawan Adharma ialah; Apabila rumah sakit tidak kekurangan kamar ( pasiennya sedikit bila perlu kosong), dan lembaga pemasyarakatan tidak kelebihan anak-anak binaan, ya paling banyak setengah dari daya tampung, bila perlu harus kosong. Itu ciri-cirinya. Apakah hal itu mungkin terjadi/ Jawabannya mungkin sekali kalau dari masing-masing kita mau memenangkan dharma melawan Adharma di dalam diri kita masing-masing.
Sebenarnya kita manusia memiliki kesamaan karakter dengan hewan, kalau saja manusia tidak dianugrahi bisa berpikir oleh Tuhan, sudah pasti prilaku kita akan sama dengan hewan. Adapun yang disebut karakter tersebut antara lain; Nafsu makan, minum, tidur, bangun, kencing, berak, seksual, bertengkar, berebut dan lain sebagainya. Yang mana semuanya itu sama dengan karakter hewan. Lalu ada pertanyaan; Apakah karakter itu harus dihilangkan, kalau dihilngkan berarti manusia tidak perlu makan dsb? Jawabannya adalah ; bukan dihilangkan dan tidak mungkin dihilangkan, bahkan itu sangat diperlukan oleh kita manusia, namun berdasarkan atas manusia bisa berpikir maka dengan memfungsikan pikiran dengan baik dan tepat, semua karakter tersebut akan sangat kita butuhkan dan sangat membantu hidup kita. Nah disinilah makna memenangkan dharma melawan adharma di dalam diri kita masing masing. Sifat atau karakter hewan itu bagi kita disebut sebagai dasar adharma, dan memfungsikan pikiran dengan baik dan tepat didalam melakoni karakter tersebutlah bisa disebut usaha memenagkan dharma dengan sendirinya melalui petunjuk ajaran Ketuhanan ( agama).
Singkatnya saya akan mencoba mengajukan contoh:
Kalau hewan lapar, pasti dia akan mencari makan dan setelah melihat makanan dia akan langsung makan, dan tidak perduli makanan itu milik siapa, dan bila ditemui oleh sesama hewan yang juga lapar mereka akan bertengkar bahkan saling membunuh hanya atas dasar merebut makanan demi perutnya kenyang sesaat, nanti perutnya pasti lapar lagi. Tega mereka membunuh hanya untuk sesuap makanan. Bila kita menusia yang kurang mampu atau tidak mampu menggunakan pikiran dengan benar tentang makan tadi, pasti sama dengan mereka (hewan). Oleh karena kita sudah dianugrahi pikiran, maka kita akan berpikir untuk mencari makanan agar makanan yang kita makan itu tidak sampai memunculkan hal-hal yang tidak baik. Itu saya artikan Dharma menang atas adharma.
Satu lagi contoh;
Hewan itu bila dia bernafsu untuk sex, maka dia tidak perlu lagi menghitung lawan jenis entah bagaimana itu pokoknya mereka lakukan kepuasan mereka. Tetapi nafsu sex di manusia juga ada bahkan sama kuatnya dibandingkan dengan hewan, namun atas kemampuan berpikir mereka mengikuti ajaran Tuhan maka bila mereka berkeinginan untuk itu maka mereka mengadakan upacara pernikahan duluan, baru mereka lakukan itu, atau mereka hanya melakukan itu terhadap pasangan syahnya, menurut agama dan UU, yang berlaku. Bila dari masing masing kita mampun seperti itu maka secacara bersama Dharma itu menang atas Adharma. Kalau hal itu hanya bisa dilakukan oleh beberapa orang saja, maka hanya mereka saja yang menikmati kemenangan Dharma melawan Adharma.
Kalau begitu apakah upacara galungan itu tidak berfungsi? Jawabannya sangat berfungsi sebagai doa kita, dan sebagai media pembelajaran diri kita pelan - pelan setiap 6 bulan kita kupas maknanya, sambil menunggu masa berlaku hidup kita berakhir. Sehigga bila kita mampu memadukan upacara dengan nilai-nilai moral yang terkandung di dalam hari suci Galungan maka itulah harapan kita semua, agar Galungan itu tidak lewat begitu saja, kita jadinya menunggu hari terus-terusan.
Demikan singkat cerita saya untuk menyambut Hari Suci Galungan. Bila dalam uraian tadi ada yang tidak berkenan, saya tidak lupa minta maaf.
MARI KITA MENANGKAN DHARMA MELAWAN ADHARMA, MULAI DARI DIRI KITA MASING-MASING SEBAGAI AWALNYA.
Om Santih, Santih, Santih, Om.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar