Sabtu, 09 November 2013

PENJOR DAN GALUNGAN DI DALAM TAFSIR.


PENJOR DAN GALUNGAN DI DALAM TAFSIR.

OM SWASTIASTU. OM AWIGNAMASTU NAMOSIDAM.

SELAMAT HARI SUCI GALUNGAN KEPADA UMAT HINDU DIMANAPUN SAUDARA BERADA, SEMOGA DAPAT MELAKONI HIDUP MENUJU TUJUAN HIDUP ITU SENDIRI.

Judul ini sengaja saja buat seperti itu, sebab akhir-akhir ini umat Hindu khususnya di Bali, sedang semaraknya membikin penjor untuk galungan, bahkan biaya yang dikeluarkan tidak canggung-canggung lumayan besar bagi ukuran saya sendiri. Seiring dengan meriahnya penjor galungan saya sangat mengharapkan dapat dimaknai atau paling tidak ditafsir maknanya dikaitakan dengan peningkatan moralitas, untuk memenangkan Dharma.

Saya akan mencoba menafsir makna penjor tersebut dikaitkan dengan peningkatan moralitas. Penjor itu yang paling menyolok adalah bambu yang digunakan sebagai sarana pokok pasti bentuknya melengkung (bengkong muncukne). Itu yang menarik perhatian saya, sebab selama yang saya tau penjor itu selalu bambunya begitu. Yang kedua di paling ujung dari tali pengikat ujung bambu itu pasti ada sebuah benda hasil kesenian (reringgitan) yang disebut Sampyan.


Dari keduanya inilah saya menafsir sebagai berikut; Manusia hidup harus menggantungkan cita-citanya mungkin lebih tinggi dari langit. Setelah cita-cita itu tercapai jangan lupa dengan asal (yang dibawah).

Contohnya: Seseorang yang bercita-cita menjadi Kepala Desa, menjadi Anggota Dewan dll, itu sangat bagus sekali, namun setelah cita-citanya itu tercapai jangan lupa pada rakyat di bawah, sebab dia dapat mencapai cita-citanya itu karena dukungan (pilihan rakyat). Itulah sebabnya penjor itu selalu mengrunduk melihat kebawah. Di dalam bahasa saya sendiri menafsir makna penjor itu, begini; AKU JADI BEGINI (PERBEKEL ATAU ANGGOTA DEWAN DLL) KARENA SAMPYAN. KALAU TIDAK SAMPYAN MEMILIH SAYA MANA SAYA BISA ADA DISINI, MAKANYA SAYA MENGABDI UNTUK SAMPYAN. Itulah sebabnya penjor itu bengkong kebawah, dan ujungnya ada sampyan.

Kalau makna itu dapat diresapi dan juga dipraktikan untuk rakyat maka rakyat akan sangat merasa bahagia memiliki pemimpin yang mampu memenangkan dharma atas adharma di dalam hidupnya.
Itulah seklumit tafsir keberadaan penjor Galungan terkait dengan peningkatan moral dalam istilah kemenaangan Dharma atas Adharma.

Sekian semoga para pemimpin kita dapat memaknai Penjor di dalam rangka berjuang memenangkan Dharma.

OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar