Apakah tujuan kita dilahirkan
sebagai manusia ?
Bagaiamanakah layaknya hidup yang
benar sebagai manusia ?
Manusia modern dewasa
ini memiliki banyak pngetahuan, namun kita masih hidup dalam kebingungan dan
tidak menyadari pentinnya “Hati Nurani”. Lebih lagi, manusia tidak lagi
memikirkan tentang keberadaan hati nurani, bagaimana menggunakannya, dan
sebagainya. Akibatnya, kehidupan kita sebagai manusia yang amat berharga ini
banyak yang terjatuh terperosok ke dalam jurang kesengsaraan.
Manusia diciptakan
paling sempurna oleh Hyang Widhi jika dibandingkan dengan makhluk yang
lain karena dengan Idep yang kita miliki
dapat merubah karma buruk menjadi karma benar, sehingga kita berhak disebut
sebagai ‘Pemimpin dari segala ciptaan’. Untuk dapat layak sebagai pemimpin dari
segala ciptaan, hal pertama yang harus dilakukan adalah selain memikirkan kehidupan
diri sendiri, sedapat mungkin sedikit demi sedikit berusaha untuk memahami
kebenaran hidup. Jika tidak demikian, tidaklah mungkin dapat hidup secara sempurna
sebagai manusia. Dengan kata lain yang dimaksud dengan memahami kebenaran hidup
adalah sama seperti saat kita mengusir orang-orang jahat yang menganiaya orang
lemah.
Impian manusia
bukanlah harta dan nama besar saja. Impian manusia yang sebenarnya dan
merupakan tujuan serta misi hidup adalah “mempersembahkan diri dengan segenap
kemampuan yang dimiliki untuk manusia dan dunia”. Dalam menjalankan bisnis
sebenarnya juga demikian, namun bagaimanakah pada kenyataannya ?
Marilah kita
merenungkan diri….! Dapatkah kita menyangkal bahwa banyak pikiran atau ide-ide
buruk yang berkecamuk dalam hati dan pikiran kita tanpa dapat dicegah ?
Walaupun pikiran-pikiran buruk tidak ada dalam hati kita, perasaan-perasaan
yang menyuramkan hati kadang-kadang meluap ke luar tanpa dapat dicegah banyak memonopoli
pikiran kita, seperti kesedihan, kemarahan, ketakutan, ataupun rasa pesimis,
sehingga membuat kita tidak tahu harus bagaimana. Sebagai seorang pelayan kita
harus dapat “ Bekerja sebagai motivasi hidup”, dengan penuh syukur
merubah seluruh kehidupan menjadi kehidupan sejati yang penuh arti. Sekedar
kelemahanlah jika seseorang berkilah tidak punya waktu untuk melakukan pelayan
atau dharmabhakti karena terlalu sibuk dengan tugas-tugasnya. Membuat banten
untuk upacara bukanlah satu-satunya dharmabhakti yang dapat kita lakukan.
Melaksanakan tugas-tugas kantor dengan selayaknya pun sudah merupakan
dharmabhakti. Kita harus menyadari bahwa melakukan tugas dengan baik dan
bekerja keras agar layak menerima gaji itu pun merupakan dharmabhakti. Jika
seseorang bekerja dengan sungguh-sungguh setiap menit sepanjang hari, melakukan
pekerjaan yang merupakan kewajibannya karena ia menerima gaji untuk tugas
tersebut, hal itu adalah dharmabhakti. Meski demikian, kini sulit sekali
menjumpai orang, dari karyawan sampai pimpinan perusahaan, yang pekerjaannya
seimbang nilainya dengan imbalan yang diperolehnya. Karyawan selalu menuntut
uang yang lebih banyak, tetapi mereka tidak pernah bertanya apakah mereka
bekerja cukup keras untuk gaji yang telah mereka terima. Ini merupakan
pengkhianatan atas kepercayaan yang diberikan. Uang siapakah ini ? Ini adalah
uang rakyat. Berdosalah bila kita menipu masyarakat dengan cara ini.
Mudah-mudahan umat Hindu yang bekerja di Bank Mandiri ini tidak ada yang
seperti itu…!
Banyak orang bekerja keras tetapi tidak bisa
menjamin kebutuhannya. Karena kebanyakan orang bekerja guna mencari uang
semata. Seorang majikan menginginkan pegawainya menghasilkan banyak dan
membayar semurah-murahnya. Di pihak lain seorang pegawai cenderung bekerja
sesedikit mungkin tetapi mengharapkan penghasilan yang besar. Maka hubungan kerja
antara kedua pihak ditandai perbedaan kepentingan yang sangat terikat pada
egoisme masing-masing. Untuk bekerja keras atau meningkatkan produktivitas,
rata-rata pegawaipun mempertanyakan Apa untungnya bagiku ?
Bagi orang yang
bekerja sebagai amal ibadah, kerja itu tak lain dari melakukan Karma guna
menyempurnakan diri. Menurut hukum karma, barangsiapa menanam cepat atau lambat
tentu ia sendiri yang akan memetik buahnya. Maka, beruntunglah orang yang
mengejar kekayaan hanya untuk mendapatkan kebahagiaan dengan cara membuat orang
lain bagahagia. “ Kekayaan yang diperoleh karena bekerja dengan giat,
dikumpulkan dengan kekuatan tangan dan cucuran keringat sendiri secara halal,
berguna untuk menyenangkan dan mempertahankan kebahagiaan dirinya sendiri,
untuk memelihara dan membuat orangtuanya bahagia; demikian pula membahagiakan
istri dan anak-anaknya, membahagiakan para karyawan dan anak buahnya. Inilah
alasan pertama utuk mengejar kekayaan”.
Hubungan kerja antara
pihak majikan dengan pegawai merupakan persekutuan demi kepentingan dan
kebahagiaan bersama. Keduanya saling melindungi atas dasar cinta-kasih dan
tentu saja mencampakkan jauh-jauh
egoisme masing-masing. Hasil produktivitas tidak bisa lain harus kembali
dinikmati pula oleh para karyawan. Jika seorang guru mengajar murid-muridnya
dengan baik dan sungguh-sungguh, itu merupakan dharmabhakti. Seorang pedagang
tidak perlu menyapu jalan. Jika ia menjalankan bisnisnya secara etis, itu sudah
merupakan dharmabhakti. Bila ia tidak mengeksploitasi orang-orang untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih besar, itu sudah merupakan dharmabhakti. Jika
seseorang tidak memiliki perasaan yang tidak mementingkan diri seperti itu,
secara otomatis ia menjadi pengabdi. Seseorang harus menempuh hidupnya
sedemikian rupa sehingga secara mental ia merasa puas. Kita harus merenungkan
kelakuan kita untuk menentukan apakah kita sudah memuaskan hati kita. Kita
hanya akan dapat memenangkan rahmat Hyang Widhi dengan melaksanakan tugas kita
dengan sebaik-baiknya, melayani masyarakat kapanpun dan dimanapun kita mendapat
kesempatan. Pelayanan atau
dharmabhakti tidak terbatas dengan melayani
orang-orang tertentu. Melayani masyarakat juga merupakan dharmabhakti. Kegiatan
apapun yang bermanfaat untuk kemajuan tanah air merupakan dharmabhakti. Kita
harus menghayati Tuhan dalam dharmabhakti. Tidaklah penting apakah kita
menolong orang kaya atau miskin. Kita harus dapat menolong siapa saja, dimana
saja, dan dalam keadaan apa saja.
Kerja keras sebagai
amal ibadah adalah kerja yang benar. Bekerja yang benar bertujuan untuk
mengakhiri penderitaan. Ada
empat kondisi yang menuntun seseorang untuk dapat mencapai keberhasilan dan
kebahagiaan di dunia ini, yakni; “ tingkat Ketekunan, Kewaspadaan,
Persahabatan, Keserasian Hidup”. Apapun kegiatan atau mata pencaharian
seseorang, dalam segala keahlian ia cekatan dan tak kenal lelah; didukung akal
yang tajam mempertimbangkan cara dan sarana, ia cakap mengatur dan melaksanakan
tugasnya. Inilah yang dinamakan prestasi dalam ketekunan. Dalam hal
kewaspadaan, apapun sukses yang diperolehnya secara halal, ia berhemat dan
mencegah terjadinya kerugian atau kehilangan. Sedangkan persahabatan yang baik
diperlukan tidak hanya di lingkungan kerja, tetapi juga di lingkungan tempat
tinggal, memantapkan keyakinan, kebajikan, kemurahan hati dan kearifan.
Selanjutnya dengan hidup serasi berarti mengendalikan keseimbangan antara
penerimaan dan pengeluaran, sehingga tidak tergoncang oleh pasang surut
penghasilan.
Jangan melihat yang
buruk, lihatlah hal yang baik. Jangan mendengarkan yang buruk, dengarkan hal
yang baik. Jangan bicara yang buruk, bicarakan hal yang baik. Jangan memikirkan
yang buruk, pikirkan hal yang baik. Jangan melakukan hal yang buruk, lakukan
hal yang baik. Inilah jalan menuju Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar