Rabu, 20 November 2013

bekerja sebagai motivasi hidup


Bekerja Sebagai Motivasi Hidup

Apakah tujuan kita dilahirkan sebagai manusia ?
Bagaiamanakah layaknya hidup yang benar sebagai manusia ?

Manusia modern dewasa ini memiliki banyak pngetahuan, namun kita masih hidup dalam kebingungan dan tidak menyadari pentinnya “Hati Nurani”. Lebih lagi, manusia tidak lagi memikirkan tentang keberadaan hati nurani, bagaimana menggunakannya, dan sebagainya. Akibatnya, kehidupan kita sebagai manusia yang amat berharga ini banyak yang terjatuh terperosok ke dalam jurang kesengsaraan.
Manusia diciptakan paling sempurna oleh Hyang Widhi jika dibandingkan dengan makhluk yang lain  karena dengan Idep yang kita miliki dapat merubah karma buruk menjadi karma benar, sehingga kita berhak disebut sebagai ‘Pemimpin dari segala ciptaan’. Untuk dapat layak sebagai pemimpin dari segala ciptaan, hal pertama yang harus dilakukan adalah selain memikirkan kehidupan diri sendiri, sedapat mungkin sedikit demi sedikit berusaha untuk memahami kebenaran hidup. Jika tidak demikian, tidaklah mungkin dapat hidup secara sempurna sebagai manusia. Dengan kata lain yang dimaksud dengan memahami kebenaran hidup adalah sama seperti saat kita mengusir orang-orang jahat yang menganiaya orang lemah.

Impian manusia bukanlah harta dan nama besar saja. Impian manusia yang sebenarnya dan merupakan tujuan serta misi hidup adalah “mempersembahkan diri dengan segenap kemampuan yang dimiliki untuk manusia dan dunia”. Dalam menjalankan bisnis sebenarnya juga demikian, namun bagaimanakah pada kenyataannya ?
Marilah kita merenungkan diri….! Dapatkah kita menyangkal bahwa banyak pikiran atau ide-ide buruk yang berkecamuk dalam hati dan pikiran kita tanpa dapat dicegah ? Walaupun pikiran-pikiran buruk tidak ada dalam hati kita, perasaan-perasaan yang menyuramkan hati kadang-kadang meluap ke luar tanpa dapat dicegah banyak memonopoli pikiran kita, seperti kesedihan, kemarahan, ketakutan, ataupun rasa pesimis, sehingga membuat kita tidak tahu harus bagaimana. Sebagai seorang pelayan kita harus dapat “ Bekerja sebagai motivasi hidup”, dengan penuh syukur merubah seluruh kehidupan menjadi kehidupan sejati yang penuh arti. Sekedar kelemahanlah jika seseorang berkilah tidak punya waktu untuk melakukan pelayan atau dharmabhakti karena terlalu sibuk dengan tugas-tugasnya. Membuat banten untuk upacara bukanlah satu-satunya dharmabhakti yang dapat kita lakukan. Melaksanakan tugas-tugas kantor dengan selayaknya pun sudah merupakan dharmabhakti. Kita harus menyadari bahwa melakukan tugas dengan baik dan bekerja keras agar layak menerima gaji itu pun merupakan dharmabhakti. Jika seseorang bekerja dengan sungguh-sungguh setiap menit sepanjang hari, melakukan pekerjaan yang merupakan kewajibannya karena ia menerima gaji untuk tugas tersebut, hal itu adalah dharmabhakti. Meski demikian, kini sulit sekali menjumpai orang, dari karyawan sampai pimpinan perusahaan, yang pekerjaannya seimbang nilainya dengan imbalan yang diperolehnya. Karyawan selalu menuntut uang yang lebih banyak, tetapi mereka tidak pernah bertanya apakah mereka bekerja cukup keras untuk gaji yang telah mereka terima. Ini merupakan pengkhianatan atas kepercayaan yang diberikan. Uang siapakah ini ? Ini adalah uang rakyat. Berdosalah bila kita menipu masyarakat dengan cara ini. Mudah-mudahan umat Hindu yang bekerja di Bank Mandiri ini tidak ada yang seperti itu…!
 Banyak orang bekerja keras tetapi tidak bisa menjamin kebutuhannya. Karena kebanyakan orang bekerja guna mencari uang semata. Seorang majikan menginginkan pegawainya menghasilkan banyak dan membayar semurah-murahnya. Di pihak lain seorang pegawai cenderung bekerja sesedikit mungkin tetapi mengharapkan penghasilan yang besar. Maka hubungan kerja antara kedua pihak ditandai perbedaan kepentingan yang sangat terikat pada egoisme masing-masing. Untuk bekerja keras atau meningkatkan produktivitas, rata-rata pegawaipun mempertanyakan Apa untungnya bagiku ?
Bagi orang yang bekerja sebagai amal ibadah, kerja itu tak lain dari melakukan Karma guna menyempurnakan diri. Menurut hukum karma, barangsiapa menanam cepat atau lambat tentu ia sendiri yang akan memetik buahnya. Maka, beruntunglah orang yang mengejar kekayaan hanya untuk mendapatkan kebahagiaan dengan cara membuat orang lain bagahagia. “ Kekayaan yang diperoleh karena bekerja dengan giat, dikumpulkan dengan kekuatan tangan dan cucuran keringat sendiri secara halal, berguna untuk menyenangkan dan mempertahankan kebahagiaan dirinya sendiri, untuk memelihara dan membuat orangtuanya bahagia; demikian pula membahagiakan istri dan anak-anaknya, membahagiakan para karyawan dan anak buahnya. Inilah alasan pertama utuk mengejar kekayaan”.
Hubungan kerja antara pihak majikan dengan pegawai merupakan persekutuan demi kepentingan dan kebahagiaan bersama. Keduanya saling melindungi atas dasar cinta-kasih dan tentu saja mencampakkan jauh-jauh  egoisme masing-masing. Hasil produktivitas tidak bisa lain harus kembali dinikmati pula oleh para karyawan. Jika seorang guru mengajar murid-muridnya dengan baik dan sungguh-sungguh, itu merupakan dharmabhakti. Seorang pedagang tidak perlu menyapu jalan. Jika ia menjalankan bisnisnya secara etis, itu sudah merupakan dharmabhakti. Bila ia tidak mengeksploitasi orang-orang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar, itu sudah merupakan dharmabhakti. Jika seseorang tidak memiliki perasaan yang tidak mementingkan diri seperti itu, secara otomatis ia menjadi pengabdi. Seseorang harus menempuh hidupnya sedemikian rupa sehingga secara mental ia merasa puas. Kita harus merenungkan kelakuan kita untuk menentukan apakah kita sudah memuaskan hati kita. Kita hanya akan dapat memenangkan rahmat Hyang Widhi dengan melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya, melayani masyarakat kapanpun dan dimanapun kita mendapat kesempatan. Pelayanan atau
 dharmabhakti tidak terbatas dengan melayani orang-orang tertentu. Melayani masyarakat juga merupakan dharmabhakti. Kegiatan apapun yang bermanfaat untuk kemajuan tanah air merupakan dharmabhakti. Kita harus menghayati Tuhan dalam dharmabhakti. Tidaklah penting apakah kita menolong orang kaya atau miskin. Kita harus dapat menolong siapa saja, dimana saja, dan dalam keadaan apa saja.
Kerja keras sebagai amal ibadah adalah kerja yang benar. Bekerja yang benar bertujuan untuk mengakhiri penderitaan. Ada empat kondisi yang menuntun seseorang untuk dapat mencapai keberhasilan dan kebahagiaan di dunia ini, yakni; “ tingkat Ketekunan, Kewaspadaan, Persahabatan, Keserasian Hidup”. Apapun kegiatan atau mata pencaharian seseorang, dalam segala keahlian ia cekatan dan tak kenal lelah; didukung akal yang tajam mempertimbangkan cara dan sarana, ia cakap mengatur dan melaksanakan tugasnya. Inilah yang dinamakan prestasi dalam ketekunan. Dalam hal kewaspadaan, apapun sukses yang diperolehnya secara halal, ia berhemat dan mencegah terjadinya kerugian atau kehilangan. Sedangkan persahabatan yang baik diperlukan tidak hanya di lingkungan kerja, tetapi juga di lingkungan tempat tinggal, memantapkan keyakinan, kebajikan, kemurahan hati dan kearifan. Selanjutnya dengan hidup serasi berarti mengendalikan keseimbangan antara penerimaan dan pengeluaran, sehingga tidak tergoncang oleh pasang surut penghasilan.
Jangan melihat yang buruk, lihatlah hal yang baik. Jangan mendengarkan yang buruk, dengarkan hal yang baik. Jangan bicara yang buruk, bicarakan hal yang baik. Jangan memikirkan yang buruk, pikirkan hal yang baik. Jangan melakukan hal yang buruk, lakukan hal yang baik. Inilah jalan  menuju Tuhan.

       





Tidak ada komentar:

Posting Komentar