Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam
proses belajar mengajar. Suatu kondisi yang optimal dapat tercapai jika guru
mampu siswa dan sarana pengajaran serta mengedalikannya dalam suasana yang
menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Pengelolaan kelas yang efektif
merupakan persyaratan mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar.
Mengajar pada prinsipnya
membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian
bahwa mengajar merupakan suatu usaha pengorganisasian lingkungan dalam
hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajar yang menimbulkan proses
belajar.
Dari kutipan di atas
mengandung makna bahwa gurulah yang mengatur mengawasi dan mengelola kelas agar
tercapainya proses belajar mengajar yang berarah kepada tujuan-tujuan
pendidikan. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Syarifudin Nurdin, bahwa
guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar, memiliki
posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran karena fungsi utama
guru ialah merancang, mengelola, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran.
Di samping itu pula guru
bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa
menyenangkan untuk belajar dan lingkungan yang baik adalah yang bersifat
menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan
dalam mencapai tujuannya.
Dari beberapa keterangan
di atas telah menunjukan betapa pentingnya suatu pengelolaan kelas yang baik
agar tercapainya proses belajar mengajar yang akhirnya berdampak baik terhadap
pencapaian prestasi belajar mengajar siswa atau anak didik. Karena dorongan
itulah maka perlu adanya suatu penelitian yang mengamati tentang usaha apa yang
akan dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas maka dalam penelitian ini
penulis mencoba mengamati guru dalam mengelola kelas agar tercapainya proses
belajar mengajar.
2.1 Masalah pengelolaan kelas
Belajar merupakan kegiatan yang bersifat universal dan
multidimensional. Dikatakan universal karena belajar bisa dilakukan siapapun,
kapan pun, dan dimana pun. Karena itu, bisa saja siswa merasa tidak butuh
dengan proses pembelajaran yang terjadi dalam ruangan terkontrol atau
lingkungan terkendali. Waktu belajar bisa saja bukan waktu yang dikehendaki
anak.
Menurut Made Pidarta, masalah-masalah pengelolaan kelas
yang berhubungan dengan perilaku siswa, seperti:
1.
Kurangnya kesatuan antar siswa karena
perbedaan gender (jenis kelamin), rasa tidak senang, atau persaingan tidak
sehat.
2. Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya ribut,
bercakap-cakap pergi kesana-kemari, dan sebagainya.
3. Terkadang timbul reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya ribut,
bermusuhan, mengucilkan, merendahkan kelompok bodoh, dan sebagainya.
4. Kelas mentolerir kekeliruan-kekeliruan temannya, ialah menerima dan
mendorong perilaku siswa yang keliru.
5. Mudah mereaksi negatif/terganggu, misalnya bila didatangi monitor,
tamu-tamu, iklim yang berubah, dan sebgainya.
6. Moral rendah, permusuhan, sikap agresif, misalnya dalam lembaga dengan
alat-alat belajar kurang, kekurangan uang, dan sebagainya.
7. Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti
tugas-tugas tambahan, anggota kelas yang baru, situasi baru, dan sebagainya.
2.2 Pengelolaan Kelas yang
Efektif
Bila kelas diberikan
batasan sebagai sekelompok orang yang belajar b ersama yang mendapatkan
pengajaran dari guru, maka didalamnya terdapat orang-orang yang melakukan
kegiatan belajar dengan karakteristik mereka masing-masing yang berbeda dari
yang satu dengan yang lainnya.
Perbedaan ini perlu guru
pahami agar mudah dalam melakukan pengelolaan kelas secara efektif. Menurut
Made Pidarta, untuk mengelola kelas secara efektif perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1)
Kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu yang
dilengkapi oleh tugas-tugas dan diarahkan guru.
2) Dalam situasi kelas, guru
bukan tutor untuk satu anak pada waktu tertentu, tetapi bagi semua anak atau
kelompok.
3) Kelompok mempunyai
perilaku sendiri yang berbeda dengan perilaku-perilaku masing-masing individu
dalam kelompok itu. Kelompok mempengaruhi individu-ondividu dalam hal bagaimana
mereka memandang dirinya masing-masing dan bagaimana pelajar.
4) Kelompok kelas
menyyisipkan pengaruhnya kepada anggota-amggota. Pengaruh yang jelek dapat
dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing mereka dikelas dikala belajar.
5) Praktik guru waktu belajar
cenderung terpusat pada hubungan guru dan siswa. Makin meningkat ketrampilan
guru mengelola kelas secara kelompok, makin puas murid-murid dikelas.
6)
Struktur kelompok, pola komunikasi, dan kesattuan kelompok ditentukan oleh
cara mengelola, baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah mauupun bagi
mereka yang apatis, masa bodoh atau bermusuhan.
Ditambahkannya lagi, bahwa
organisasi kelas tidak hanya berfungsi sebagai dasar terciptanya interaksi guru
dan siswa, tetapi juga menambah terciptanya efektivitas, yaitu interaksi yang
bersifat kelompok. Dari hasil riset telah disimpulkan beberapa variabel masalah
yang perlu diperhatikan untuk membuat iklim kelas yang efektif dan sehat, yaitu
:
a.
Bila situasi kelas memungkinkan anak-anak belajar secara maksimal, fungsi
kelompok harus diminimalkan.
b. Manajemen kelas harus
memberi fasilitas untuk mengembangkan kesatuan dan kerja sama.
c. Anggota-anggota kelompok
harus diberi kesempatan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang memeri
efek kepada hubungan dan kondisi belajar.
d. Anggota-anggota kelompok
harus dibimbing dalam menyelesaikan kebimbangan, ketegangan, dan perasaan
tertekan.
e.
Perlu diciptakan persahabatan dan kepercayaan yang kuat antar siswa.
Figur seorang guru yang
baik adalah guru yang selalu memperhatikan siswa, selalu terbuka, selalu
tanggap terhadap keluhan siswa, selalu mau mendengarkan saran dan kritikan
siswa, dan sebagainya. itulah guru yang disenangi murid, yang selalu
dirindukan, didambakan siswa. Guru yang memiliki ciri demikian biasanya kurang
menemui kesulitan dalam mengelola kelas.
Thomas Gordon mengatakan
bahwa hubungan guru dan siswa dikatakan baik apabila hubungan itu memiliki
sifat-sifat sebagai berikut:
1.
Keterbukaan, sehingga baik guru maupun siswa saling bersikap jujur dan
membuka diri satu sama lain.
2. Tanggap bilamana seseorang
tahu bahwa dia dinilai oleh orang lain.
3. Saling ketrgantungan,
antara stu dengan yang lain.
4. Kebebasan, yang
memperbolehkan setiap orang utmbuh dan mengembangkan keunikannya,
kreativitasnya, dan kepribadiannya.
5. Saling memenuhi kebutuhan,
sehingga tidak ada kebutuhan satu orang pun yang tidak terpenuhi.
2.3 Pengelolaan Kelas yang Dinamis
Tujuan umum pengelolaan
kelas adalah menyediakan dan mengggunakan fasilitas kelas bagi bermacam-macam
kegiatan belajar dan mengajar hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya
adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar,
menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta
membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Oleh karena itu guru
bertanggung jawab untuk memelihara kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk
belajar dan mengarahkan atau membimbing proses-proses intelektual dan sosial
didalam kelas. Adapun pengelolaan kelas yang dinamis dapat dilakukan oleh guru
sebagai berikut :
1)
Berbagai Jenis Kelas
Kelas harus dirancang dan
dikelola dengan seksama agar memberi hasil yang maksimal. Pendekatan atas
pengelolaan kelas sangat tergantung pada kemampuan, pengetahuan, sikap guru
terhadap proses pembelajaran, dan hubungan siswa yang mereka ciptakan. Ada
empat jenis kelas yang dapat kita amati yaitu sebagai berikut :
a. Jenis kelas yang selalu
gaduh
Guru harus bergelut
sepanjang hari untuk menguasai kelas, tetapi tidak berhasil sepenuhnya.
Petunjuk dan ancaman sering diabaikan, dan hukuman tampaknya tidak efektif.
b. Jenis kelas yang termasuk
gaduh, tetapi suasananya lebih positif.
Guru mencoba untuk membuat
sekolah tempat yang menyenangkan bagi siswanya dengan memperkenalkan permainan
dan kegiatan yang menyenangkan, membaca cerita serta menyelenggarakan kegiatan
kesenian dan pameran kerajinan siswa. Akan tetapi, jenis kelas ini juga masih
menimbulkan masalah. Banyak siswa kurang memberi perhatian di kelas dan
tugas-tugas sekolah tidak diselesaikan dengan baik atau tugas tersebut
dikerjakan secara acak-acakan. Hal ini dapat terjadi walaupun guru memberi
kegiatan akademik yang minimal dan mencoba semaksimal mungkin agar kegiatan
akademik tersebut menyenangkan.
c. Jenis kelas yang tenang dan disiplin.
Guru telah menciptakan
banyak aturan maupun meminta agar aturan tersebut dipenuhi. Pelanggaran
langsung dicatat dan diikuti dengan peringatan tegas, dan bila perlu disertai
dengan hukuman.
d. Jenis kelas yang
menggelinding dengan sendirinya.
Guru menghabiskan sebagian
besar waktunya untuk mengajar dan tidak untuk menegakkan disiplin. Siswa
mengikuti pelajaran dan menyelesaikan tugas dengan kemauannya sendiri tanpa
harus dipelototi oleh guru. Siswa yang tampak terlibat dalam tugas pekerjaan
saling berinteraksi sehingga suara muncul dan beberapa tempat secara bersamaan.
Akan tetapi, suara tersebut dapat dikendalikan dan para siswa menjadi giat
serta tidak saling mengganggu.
2)
Belajar bersama dengan kelompok
Belajar bersama dalam
kelompok merupakan salah satu ciri khas proses pembelajaran berbasis
kompetensi. Melalui kegiatan interaksi dan komunikasi, siswa menjadi aktif
belajar sehingga belajar mereka menjadi efektif. Kerja sama dalam kelompok
dapat dikaitkan dengan nilai sehingga kerjasama siswa makin intensif dan siswa
dapat mencapai kompetensinya.
Belajar bersama dalam
kelompok adalah suatu cara yang dipakai untuk menyelenggarakan pembelajaran
dalam bentuk kelompok belajar yang lebih kecil. Siswa dalam satu kelas dibagi
menjadi beberapa kelompok dan diusahakan agar terdiri atas siswa yang heterogen
dalam hal kemampuan intelektual, jenis kelamin dan latar belakang budayanya.
Melalui metodenya, belajar bersama secara kooperatif akan menanamkan nilai dan membentuk
hati nurani siswa.
3)
Mengadakan analisis sosial
Sekolah merupakan unit
pendidikan yang ingin mengembangkan seluruh potensi siswa. Sekolah merupakan
sarana untuk mendidik siswa menuju pembentukan diri sebagai insan yang
berpribadi, utuh, cerdas dan beriman kepada Tuhan. Dengan demikian, sekolah
juga dapat menjadi sarana bagaimana ia mampu untuk menjadi manusia yang berguna
tidak hanya bagi dirinya sendiri, namun juga bagi sesama dan lingkungannya,
bahkan bagi bangsa dan negaranya. Namun, idealisme tersebut masih jauh dari
kenyataan. Dalam realitas sehari-hari tidak sulit ditemukan bahwa proses
pendidikan hanya terfokus pada perolehan nilai yang tinggi atau prestasi yang
tinggi. Ujung-ujungnya adalah agar dapat diterima di jenjang pendidikan lebih
tinggo yang terbaik, di perguruan tinggi terbaik, dan akhirnya mampu bersaing
untuk merebut pekerjaan yang paling menjanjikan secara finansial.
Seharusnya pendidikan dan
pengajaran mengajak siswa untuk berpikir dan berwawasan lebih luas, misalnya
siswa diajak untuk peka dan tanggap terhadap masalah-masalah berat yang
bersifat global dan nasional yang mengancam kemanusiaan. Kepekaan dan kemampuan
menanggapi situasi seperti itu dapat dilakukan dengan melakukan penelitian atas
masalah global, nasional ataupun lokal disekitar lingkungan tempat tinggalnya.
Kegiatan penelitian dirancang oleh guru dan dipikirkan secara sungguh-sungguh
sehingga melalui penelitian tersebut para siswa membentuk atau mengubah sikap
terhadap dirinya sendiri, lingkungan, sesama dan dunia, serta terdorong mereka
untuk menjadi pelaku perubahan sosial yang konsisten dengan nilai-nilai
kehidupan.
4)
Mengefektifkan papan tulis
Hampir semua sekolah
menggunakan papan tulis, tetapi ada yang sudah ada menggunakan white board.
Namun, bagaimana menggunakan papan tulis secara berdaya guna dan menarik?
Istilah relajar aktif sering sudah sering kali didengar oleh sebagian besar
guru, juga dikalangan murid. Titik pusat proses pembelajaran yang sehat dan
berhasil guna terletak pada murid. Peran utama guru untuk memaksimalkan proses
pembelajaran siswa tergantung pada rancangan pembelajaran, termasuk pilihan
piranti penunjang yang akan diperlukan. Piranti di sini termasuk segala macam
alat dan benda yang diharapkan menunjang keberhasilan pembelajaran siswa. Secara
tradisional, guru kelas lebih sering memanfaatkan papan tulis di kelasnya hanya
bagisatu orang siswa pada satu desempatan untuk satu jenis soal atau kegiatan.
Sesungguhnya papan tulis memiliki banyak peluang pemaikaian baik ditinjau dari
aspek waktu maupun ruang. Aspek waktu jangan hanya hanya diartikan bahwa pesan
tulisan bahan ajar tidak boleh dihapus dalam jangka waktu tertentu sebagaimana
terjadi. Maksudnya, pada saat yang sama papan tulis dapat dimafaatkan untuk
berbagai kepentingan. Dari aspek ruang, papan tulis dapat dibagi menjadi
beberapa kolom besar dan memiliki mobilitas yang memadai. Jumlah kolom
disesuaikan dengan lebar papan tulis dan jenis kegiatan yang sedang
berlangsung.
5)
Mengefektifkan tempat duduk siswa
Pengaturan posisi tempat
duduk siswa di kelas tidaklah netral. Pengaturan Sangat berpengaruh bagi para
siswa, interaksi antarmeraka, dan interaksi dengan guru. Hal ini berarti bahwa
pengaturan posisi tempat duduk siswa memberi dampak dalam proses pembelajaran.
Agar pengaturan posisi tempat duduk siswa menjadi efektif dan mendukung proses
pembelajaran menuju kompetensi perlulah dipahami syarat-syarat pengaturannya.
6)
Mengembangkan Pemetaan Bahan
Siswa yang cerdas akan
dengan mudah melakukan visualisasi atas masalah, apa yang dibaca, hasil,
pertanyaan, pembicaraan, dan sebagainya. Pemetaan adalah kemampuan seseorang
untuk mencari yang inti, bagian ( sub ), sebab, akibat dan sebagainya.
7)
Mengembangkan kemampuan bertanya
Sejak zaman Sócrates,
teknik tanya-jawab telah menjadi salah satu teknik yang efektif dalam
pendidikan. Meski demikian, tidak semua guru menguasai teknik tanya-jawab yang
baik. Bertanya atau mengajukan pertanyaan merupakan salah satu fungís pokok
bahasa selain fungís lain seperti menyatakan pendapat, perasaan, mengajukan alasan,
mempertegas pendapat dan sebagainya. Banyak siswa mengalami kesulitan untuk
bertanya. Banyak siswa lebih senang menunggu untuk menjawab pertanyaan daripada
memperatanyakan sesuatu. Ketika seseorang mampu mempertanyakan dan menemukan
jalaban untuk dirinya sendiri, maka pada dasarnya ia telah memahami masalahnya
secara lebih mendalam.
8)
Memanfaatkan perpustakaan sekolah
Dahulu guru dianggap
satu-satunya sumber informasi bagi siswanya. Tidak aneh bahwa dalam kurun waktu
tertentu posisi guru sangat terhormat, dikagumi dan diingini oleh banyak orang.
Selain terhormat dan mendapat gaji tetap, guru dikagumi karena dialah
satu-satunya sumber ilmu pengetahuan bagi siswa; yang lain tidak bisa kecuali
guru; yang lain tidak mampu, hanya guru yang mampu. Guru menjadi
segala-galanya.
Posisi guru seperti
digambarkan tersebut ternyata tidak berjalan lama. Kemajuan zaman dengan
perkembangan teknologi dan informasi telah memberi dampak bahwa ilmu
pengetahuan dapat diperoleh tidak hanya melalui guru, tetapi dapat juga melalui
media massa, buku, televisi, radio dan media elektronik lanilla. Muncullah
banyak autodidak, ahli yang mumpuni dalam bidangnya tanpa viajar oleh guru.
Mereka membaca dan mempelajari berbagai pengalaman dan ilmu pengetahuan melalui
sumber belajar yang lain, misalnya buku-buku di perpustakaan. Banyak guru tidak
menyadari pertimbangan diadakannya perpustakaan di sekolah.
9)
Mengatasi masalah disiplin
Dalam kehidupan
sehari-hari sering kita dengar orang mengatakan bahwa si X adalah orang yang
memiliki disiplin yang tinggi, sedangkan si Y orang yang kurang disiplin.
Sebutan orang yang memiliki disiplin tinggi biasanya tertuju kepada orang yang
selalu hadir tepat waktu, taat terhadap aturan, berperilaku sesuai dengan
norma-norma yang berlaku, dan sejenisnya. Sebaliknya, sebutan orang yang kurang
disiplin biasanya ditujukan kepada orang yang kurang atau tidak dapat mentaati
peraturan dan ketentuan berlaku, baik yang bersumber dari masyarakat
(konvensi-informal), pemerintah atau peraturan yang ditetapkan oleh suatu
lembaga tertentu (organisasional-formal). Seorang siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata
tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat
berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang yang berlaku di
sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata
tertib yang yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa.
Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya
mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Disiplin sekolah adalah usaha
sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat
mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata
tertib yang berlaku di sekolah. Menurut Wikipedia (1993) bahwa disiplin sekolah
“refers to students complying with a code of behavior often known as the school
rules”. Yang dimaksud dengan
aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan tentang standar berpakaian
(standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika
belajar/kerja. Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk
memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap
aturan, meski kadangkala menjadi kontroversi dalam menerapkan metode
pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik
(physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis (psychological
maltreatment), sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snock
dalam bukunya “Dangerous School” (1999).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar